Identifikasi Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Pulau Nusa Manu dan Nusa Leun di Kabupaten Maluku Tengah
Keywords:
Ekowisata Bahari, Pulau Kecil, Terumbu KarangAbstract
Sebagai salah satu pulau kecil yang tidak berpenduduk, pulau Nusa Manu dan Nusa Leun memiliki keindahan pesisir dan laut yang masih alami. Sumberdaya alam dikedua pulau ini sangat potensial untuk kegiatan ekowisata bahari. Penelitian ini dilakukan melalui metode suvei secara deskriptif evaluatif untuk memperoleh data primer, sedangkan data citra satelit diolah dengan menggunakan analisis spasial dengan bantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis (ArcGIS). Potensi ekowisata bahari yang terdapat pada kedua pulau ini ialah wisata diving dan snorkeling. Luas hamparan terumbu karang berdasarkan analisis citra satelit sekitar 193.33 ha, dominansi dari jenis Acropora Branching. Tipelogy terumbu karang ialah berbentuk (fringing reef) membentuk sabuk dengan lebar beberapa feet. Terumbu karang yang layak dan dapat dijadikan sebagai destinasi ekowisata bahari berada pada bagian belakang pulau Nusa Leun.
References
Adi AB. 2013. Kajian potensi kawasan dan kesesuaian ekosistem terumbu karang
di Pulau Larauntuk pengembangan ekowisata bahari. Jurnal Mina Laut
Indonesia. 01 (01): 49 –60.
Adrianto L & Matsuda Y. 2002. Developing economic vulnerability indices of environmental disasters in small island regions. Journal Envir Imp Ass Rev. 22 (4): 393- 414
Ayal FW. 2009. Kajian Peraiaran Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
BPS Maluku Tengah. 2016. Maluku Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2016.
English S, Wilkinson C & Baker V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Townsville: Australia Institute of Marine Science.
Gomez ED & Yap HT. 1988. Monitoring Reef Condition.In : Kenchington, R.A and B. E.T. Hudson (eds). H.187-196. Coral Reef Management Handbook UNESCO Regional Office for Science and Tecnology for South-East Asia. Jakarta.
Goh A.H & Sasekumar A. 1980. The Community Structure of the Fringing Coral Reef, Cape Rachado. Malay. Nat. J. 34: 25–37.
Marasabessy, I. 2018. Pengelolaan Berkelanjutan Pulau Nusa Manu dan Nusa Leun di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Martha HN, Tuwo A, Farid S. 2014. Kesesuaian ekowisata selam dan snorkeling di Pulau Nusa‟ra dan Nusa Deket berdasarkan potensi biofisik perairan. Universitas Hasanuddin. Jurnal. Sains & Teknologi. 14 (3): 259 - 268.
Shepard F. P & Wanless H.R. 1971. Our Changing Coastline. New York: McGraw-Hill.
Tuwo A, Tresnati J, Parawansa BS. 2012. Analisis kelayakan pengembangan ekowisata selam dan snorkeling di Kepulauan Tanakeke. Universitas Hasanuddin. Jurnal Sains & Teknologi. 9 (2): 218 - 225.
UNCLOS 1982. United Nations Convention on The Law of The Sea. Signed in Montego Bay , Jamaica , December 10, 1982. Entry : 16 November 1994.
Yulianda F. 2016. Komunikasi pribadi pada tanggal 20 Juli 2016 pukul 11.15- 12.00 WIB di Gedung Rektorat Andi Hakim Nasution Institut Pertanian Bogor.
Yulianda F, Fachrudin A, Hutabarat AA, Hartati S, Kusharjani, Ho, SK. 2010. Pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu. (integrated coastal and marine managemant) School of Enviromental Conservation and ecotourism Managemant (SECEM). Jakarta. (ID): Ministry of Forestry Republic of Indomesia. KONICA. Korea International Cooperation Agency.
Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternative pemanfaatan sumberdaya pesisir berbasis konservasi. Seminar sains Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor 21 Februari 2007.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.