Pengelolaan Ekowisata Berkelanjutan (Sustainable Ecotourism) di Seram Utara dan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah
Keywords:
Ecowisata bahari, multy dementional scaling, tatakelolaAbstract
Penelitian dilakukan pada beberapa Desa dan Negeri di Seram Utara dan Seram Utara Barat, bertujuan untuk; (1) Mengetahui status dari demensi ekologi, perikanan, sosial, ekonomi, pariwisata dan tatakelolanya; (2) mengetahui tiap atribut pendorong dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan; (3) Menganalisisis Status demensi pengelolaan saat ini; (4) Merumuskan strategi kebijakan pengelolaan pariwisata berkelanjutan di lokasi penelitian Untuk menentukan status tiap demensi pengelolaan di lokasi penelitian maka dilakukan penelitian langsung dan studi literature dan untuk mengetahui status tiap demensi dan atribut pengungkit maka diguanakn model Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries Status).dengan teknik Multy Dementional Scaling (MDS).Analisis menggunakan skala Likert menunjukan status demensi ekologi adalah Baik dengan nilai 71,77%, demensi perikanan berstatus baik dengan nilai keberlanjutan 70 %, demensi ekonomi berstatus cukup dengan nilai katagori 45,39, selanjutnya demensii sosial berstatus cukup dengan nilai 51,27, demensi pariwisata berstatus cukup dengan nilai 57,36 dan demensi tatakelola berstatus cukup dengan niali keberlanjutan 48,94. analisis Rapfish menunjukan bahwa demensi ekologi memiliki nilai indek keberlanjutan sebesar 84,56 dengan status Baik, demensi Perikanan memiliki nilai indeks keberlanjutan sebesar 88,95 dengan status keberlanjutan baik, demensi sosial memiliki status cukup dengan nilai 63,27, demnsi ekonomi memiliki nilai indeks 57,78 berstatus cukup, demensi pariwisata mendapat nilai indeks sebesar 69,33 dengan status cukup berkelanjutan kemudian demensi tatakelola memiliki nilai keberlanjutan 73,08 dengan status cukup. Faktor pengungkit yang sangat sensitif dari demensi ekologi adalah atribut biomasa ikan karang (spesies target), untuk demensi ekonomi adalah harga dan produksi, untuk demensi sosial faktor pengungkit sensitif adalah sejarah masyarakat, untuk demensi pariwisata, faktor pengungkit sensitif adalah wilayah potensi wisata dan faktor pengungkit sensitif dari demensi tatakelola adalah hak akses. arahan pengelolaan pariwisata berkelanjutan diupayakan dapat melibatkan seluruh stakeholders mulai dari proses perencanaan, implementasi dan monitoring evaluasi.
References
Adrianto L, dan Matsuda Y. 2002. Developing Economic Vulnerability Indices ofnvironmental Disasters in Small Island Regions. Journal Envir Imp Ass Rev., 22 (4), 393– 14
Ambari, 2018. Perikanan Berkelanjutan untuk Masa Depan Laut Dunia. https://www.mongabay.co.id/2018/11/02/perikanan-berkelanjutan-untukmasa- depan-laut-dunia/
Ayal, F.W. 2009. Kajian Perairan Pesisir Desa Sawai Kabupaten Maluku Tengah Bagi Pengembangan Ekowisata. Tesis.Institut Pertanian Bogor.
Barrientos. A. 2010 Social Protection and Poverty. Social Policy and Development Programme Paper Number 42 January 2010. United NationsResearch Institutefor Social Development.
Budi. 2016 Spiritual Spiritual Model Pembangunan Sosial : Pengentasan Kemiskinan Berazas Spiritual Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran.
Christanto J. 2018. Strategi Penghidupan Nelayan Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Dan Sungai Beremas
Dahuri R, Rais J, Ginting S.P, dan Sitepu M.J. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramitha Press
Djajadiningrat. 2001. Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal .
English, Wilkinson dan Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources(2nd Edition). Australian Institute of Marine Science, Townsville (390 pp).
Fausi. 2005. Analisis Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil.Pendekatatan Model ekologi Ekonomi..(Analysis of Small Islands Development Sustainability:An Ecology-Economical Model Aproach)
Ismayanti. 2016. Pariwisata Berkelanjutan dan Pengembangan Pariwisata Bahari http://www.jejakwisata.com/index.php/studies/48-pariwisata- berkelanjutandan-pengembangan-pariwisata-bahari
Kavanagh, P. and T.J. Pitcher. 2004. Imple-menting microsoft excel software for RAPFISH: a technique for the rapid appraisal of fisheries status. Fisheries Centre Research Report, 12 (2):1-75
Kementerian Pariwisata. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009. Indonesia: Kementerian Pariwisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan.
Mongkol. C. 2015. Strategi Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Potensi Wisata Budaya Di Kabupaten Minahasa. https:// media.neliti.com/ media/ publications/159841-ID-strategi-dinas-pariwisata-dalam-mengemba.pdf
Kurniawan F, Adrianto L, Bengen D.G, dan Prasetyo L.B. 2016. Vulnerability assessment of small islands to tourism: The case of the Marine Tourism Park of the Gili Matra Islands, Indonesia. Global Ecology and Conservation. Journal Elsevier, (6), 308-326
Suyitman, S.H. Sutjahjo, Herison, C, dan Bihan, S. 2009. Status Keberlanjutan Wilayah Berbasis Peternakan Di Kabupaten Situbondo Untuk Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jurnal Agro Ekonomi. 27 (2): 165-191
Tesfamichael, D. dan T.J. Pitcher. 2006. Multidisciplinary evaluation of the sustainability of red sea fisheries using rapfish. Fisheries Research, 78:277-235.
Wisnawa, M.B, 2017. Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata Terhadap Masyarakat Lokal di kawasan Tanuung Benoa. http://madebayu. blogspot.com/2009/10/dampak-sosial-pengembangan-pariwisata.html
WWF-Indonesia. 2017 Kondisi Eologi, Sosial, Perikanan di Seram Uatar dan Seram Uatara Barat. Laporan, Tidak di Publikasi.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.