Sosial Budaya Suku Mee dalam Merajut Noken di Kampung Beko Distrik Obona Kabupaten Paniai Provinsi Papua

Authors

  • Azis Maruapey Universitas Muhammadiyah Sorong
  • Fajrianto Saeni Universitas Muhammadiyah Sorong

DOI:

https://doi.org/10.33506/jn.v7i2.1565

Keywords:

Sosial budaya, Lokalisme, Noken, Suku Mee

Abstract

Penelitian dilakukan terhadap masyarakat suku Mee yang memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan baku pembuatan Noken di Kampung Beko Distrik Obano Kabupeten Paniai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan Focus group Discussion (FGD). Hasil Penelitian bahwa Noken merupakan hasil karya seni budaya yang dimiliki oleh Suku Mee khusunya kaum perempuan, dimana sekaligus melambangkan nilai dan fungsi sosial budayanya. Lokalisme suku Mee dalam pembuatan Noken dengan memanfaatkan kulit kayu tumbuhan antara lain pohon Melinjo (Damiyo), kulit pohon Ilam (Tokeipo), pohon anyamin (Kepiyai), kulit pohon (Woge), kulit pohon Watu dan Epiyo yang masih mudah dengan kategori vegetasi tingkat tiang dengan ukuran diameter antara 10 - 20 cm. Proses pengambilan kulit kayu, dapat dilakukan dengan menebang pohon dan langsung diambil kulitnya, dan juga dengan cara menguliti pohon tersebut tanpa menebang pohon tersebut. Perlakuan bahan baku secara tradisional Noken besar yang dilakukan masyarakat suku Mee di kampung Beko adalah dengan cara kulit kayu Melinjo (Damiyo), kulit pohon Ilam (Tokeipo), pohon anyamin (Kepiyai), kulit pohon (Woge), kulit pohon Watu dan Epiyo dilakukan penjemuran, penghalusan kulit kayu dan pewarnaan. Proses perlakuan bahan baku dimaksudkan agar kulit kayu tidak cepat rusak atau busuk dan lebih tahan lama (awet). Proses pembuatan Noken mengikuti pola sulaman dan anyaman, yang tentunya di sesuaikan dengan pola dan ukuran Noken besar yang diinginkan. Pemberian warna Noken besar memakai pewarna alami dengan memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan lokal yakni Takai dan Tokeipo. Proses perajutan Noken dilakukan pada saat santai atau istirahat, tempat perajitan Noken besar bisa di rumah, pasar atau tempat pertemuan di kampung.

References

Al-Barry, M. D. Y., 2001. Kamus Sosiologi Antropologi. (Anggota IKAPI) Indah Surabaya.

Alhamid, H dan Yeny, I., 2003. Dampak Pembalakan Terhadap Jumlah Jenis Tumbuhan Berkayu Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Mooi di Kampung Maibo Sorong. Buletin Penelitian dan Pengembangan Hutan No. 643: 59-84.

Attamimi, F., 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumberdaya Nabati Di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. (Skripsi tidak dipublikasikan).

Dekme, D., 2015. Perajut Noken Pada Suku Bangsa Amunge Di Desa Limau Asri Kecamatan Iwaki Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Refisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Laksmana, Y., 2010. Jayalah Jayapura. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Nugraheni, N., 2009. Keragaman Komponen Kimia dan Dimensi Serat Kayu Reaksi Melinjo (Gnetum gnemon Linn). Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pekei, T., 2012. dalam bukunya “Noken Cermin Papua, Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuaniâ€

Published

2022-06-21

How to Cite

Maruapey, A., & Saeni, F. (2022). Sosial Budaya Suku Mee dalam Merajut Noken di Kampung Beko Distrik Obona Kabupaten Paniai Provinsi Papua. Jurnal Noken: Ilmu-Ilmu Sosial, 7(2), 100–111. https://doi.org/10.33506/jn.v7i2.1565

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)