Pelaksanaan Kewenangan Gubernur dalam Konsep Otonomi Khusus Papua

Authors

  • A. Sakti R.S. Rakia Universitas Muhammadiyah Sorong
  • Muharuddin Muharuddin Universitas Muhammadiyah Sorong
  • Marthin Sahertian Universitas Muhammadiyah Sorong

DOI:

https://doi.org/10.33506/js.v8i1.1479

Keywords:

Otonomi Khusus Papua, Gubernur Papua, Desentralisasi Asimetris, Kewenangan Pemerintah Daerah.

Abstract

Sebagai daerah yang diberikan kewenangan otonomi khusus, provinsi papua memiliki sejumlah kewenangan yang berbeda dari daerah-daerah otonomi pada umumnya di indonesia, berikut mengenai struktur pemerintahan daerahnya. Gubernur provinsi papua sebagai kepala daerah sekaligus kepala pemerintahan berkedudukan sebagai wakil pemerintah di papua, memiliki sejumlah kewenangan namun kewenangan tersebut tidak mencirikan sistem pemerintahan daerah sesuai dengan konsep otonomi khusus sebagai perwujudan desentralisasi asimteris (asymetrical decentralization) tetapi cenderung mewujudkan administrasi pemerintahan daerah dalam Undang-Undang pemerintahan Daerah. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui apa esensi konsep desentralisasi dalam pelaksanaan pemerintahan daerah berbasis otonomi khusus di papua, serta bagaimana kewenangan pemerintah provinsi papua dalam otonomi khusus papua. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis-normatif, dengan pendekatan teori hukum dan perundang-undangan (statuta approach). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan kewenangan gubernur dalam kerangka otonomi khusus papua masih dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang pemerintahan Daerah. Dampak dari pelaksanaan kewenangan tersebut menghasilkan posisi subordinatif atau ataupun kewenangan yang sumir antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan otonomi khusus papua.

References

Agustino, Leo. (2017). Pembatalan 3.143 peraturan daerah: satu analisis singkat. CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 3(1), 14-35. DOI: https://doi.org/10.24198/cosmogov.v3i1.12405

Alivia, Dianora. (2019). Politik Hukum Pengaturan Pemerintahan Daerah yang Bersifat Khusus atau Bersifat Istimewa di Indonesia. Rechtidee, 14(2), 150-166. DOI: https://doi.org/10.21107/ri.v14i2.5456

Cahyono, Heru. (2016). Evaluasi Atas Pelaksanaan Otonomi Khusus Aceh: Gagal Menyejahterakan Rakyat Dan Sarat Konflik Internal. Jurnal Penelitian Politik, 9(2), 22.

Copus, Colin, & Erlingsson, Gissur, Ó. (2013). Formal institutions versus informal decision-making. On parties, delegation and accountability in local government. Scandinavian Journal of Public Administration, 17(1), 51-69.

Dardias, Bayu. (2012). Menakar Otonomi Khusus Aceh dan Papua. Opini Harian Kompas, Tulisan inis, 14.

De Villiers, Bertus. (2015). Special regional autonomy in a unitary system - preliminary observations on the case of the Bangsomoro homeland in the Philippines. Verfassung und Recht in Ubersee, 48(2), 269-290. https://doi.org/10.5771/0506-7286-2015-2-205

Dimitrova, Darina. (2020). Administrative Law Aspects of the Legal Relations Between the Regional Governor and the Council of Ministers. Scientific works of the Union of Scientists in Bulgaria – Plovdiv. Series Ð. Public sciences, art and culture, 6, 1311-9400. DOI : http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3624807

Ernes Broning Kakisina, Sebabkan banjir di Kota Sorong, galian C ditinjau Gubernur Papua Barat (30 Juli 2020). https://www.antaranews.com/berita/1640814/sebabkan-banjir-di-kota-sorong-galian-c-ditinjau-gubernur-papua-barat. Diakses 09 Agustus 2021.

Fiorillo, Fabio, Giuranno, Michele, G., & Sacchi, Agnese. (2021). Asymmetric decentralization: distortions and opportunities. Economia Politica, 38(2), 625-656. DOI: https://doi.org/10.1007/s40888-020-00211-7

Hasrul, Muh. (2013). Eksistensi Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Efektif. Disertasi, Program Doktor Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, Makasar.

Hayati, Rahmi, & Ifansyah, Muhammad, Noor. (2019). Praktik Desentralisasi Asimetris di Indonesia. Jurnal PubBis, 3(2), 131-140. DOI: 10.35722/PUBBIS.V3I2.60

Hermana, M. Arafat, & Elcaputera, Arie. (2020). Kedudukan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Al Imarah: Jurnal Pemerintahan Dan Politik Islam, 5(2), 113-129. DOI: http://dx.doi.org/10.29300/imr.v5i2.3482

HR, Syaukani, Gaffar, Afan, & Rasyid, M. Ryaas. (2016). Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hlm. 37-44.

Indset, Marthe, Tjerbo, Trond, & Hansen, Tore. (2021). The Role of the Norwegian County Governor: Agent with a Wide Scope or Servant of the State Authorities?. Palgrave Macmillan, Cham, p. 275-302.

Lele, Gabriel. (2019). Asymmetric decentralization and the problem of governance: the case of Indonesia. Asian Politics & Policy, 11(4), 544-565. DOI: https://doi.org/10.1111/aspp.12493

Moonti, Roy Marthen. (2019). Regional Autonomy in Realizing Good Governance. Substantive Justice International Journal of Law, 2(1), 43-53. DOI: http://dx.doi.org/10.33096/substantivejustice.v2i1.31

Mutaqin, Azmi. (2014). Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan Aspirasi Kemerdekaan Papua. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 4(1), 5-18. DOI: https://doi.org/10.14710/politika.4.1.2013.5-18

Nurfurqon, Ardika. (2020). Politik Hukum Otonomi Daerah Studi terhadap Desentralisasi Asimetris di Indonesia. Khazanah Hukum, 2(2), 73-81. DOI: https://doi.org/10.15575/kh.v2i2.8504

Nurmasari, Nurmasari., & Al Hafis, Raden Imam. (2019). Desentralisasi Asimetris: Kemiskinan Ditengah Kelimpahan Otonomi Khusus Papua. JPAP: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 5(2), 1180-1192. DOI: https://doi.org/10.30996/jpap.v5i2.2953

Rakia, A.S.R.S. (2021). Kewenangan Khusus Majelis Rakyat Papua Terhadap Pembentukan Perdasus. JUSTISI, 7(1), 14-25. DOI: https://doi.org/10.33506/js.v7i1.1168

Rauf, R. (2018). Eksistensi Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Di Daerah. Jurnal Kajian Pemerintah: Journal Of Government, Social and Politics, 4(1). DOI: https://doi.org/10.25299/jkp.2018.vol4(1).2158

Sambanis, Nicholas, & Milanovic, Branko. (2014). Explaining regional autonomy differences in decentralized countries. Comparative Political Studies, 47(13), 1830-1855. DOI : https://doi.org/10.1177/0010414013520524

Tauda, Gunawan, A. (2018). Desain Desentralisasi Asimetris Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 1(4), 413-435. DOI : https://doi.org/10.14710/alj.v1i4.413-435

Tryatmoko, Mardyanto Wahyu. (2016). Problematika peran ganda gubernur di daerah otonomi khusus. Jurnal Penelitian Politik, 9(2), 15. DOI: https://doi.org/10.14203/jpp.v9i2.232

Viralnews, Ini Alasan Walikota Sorong Bubarkan Vaksinasi Partai Nasdem (20 Agustus 2021). https://sorongnews.com/ini-alasan-wali-kota-sorong-bubarkan-vaksinasi-partai-nasdem/. Diakses 09 Agustus 2021.

Wibawa, Kadek Cahya Susila. (2019). Penegasan Politik Hukum Desentralisasi Asimetris dalam Rangka Menata Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah di Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 2(3), 400-412. DOI: https://doi.org/10.14710/alj.v2i3.400-412

Yanti, Herma. (2017). Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat dalam Melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004. Jurnal LEX SPECIALIS, (16), 74-84.

Youkwart Gilbert R. (2020). Upaya Pemerintah Provinsi Papua Dalam Menyelesaikan Klaim Batas Wilayah Kota Jayapura Dengan Kabupaten Jayapura. Jurnal Kebijakan Publik, 3(1), 28-38. DOI: https://doi.org/10.31957/jkp.v3i1.1547

Downloads

Published

04-01-2022

How to Cite

Rakia, A. S. R., Muharuddin, M., & Sahertian, M. (2022). Pelaksanaan Kewenangan Gubernur dalam Konsep Otonomi Khusus Papua. JUSTISI, 8(1), 1–14. https://doi.org/10.33506/js.v8i1.1479

Issue

Section

Articles