FORMULASI PROPORSI STYROFOAM TERHADAP PASIR MERAPI DAN PENGARUHNYA PADA KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO RINGAN

Authors

  • Imam Trianggoro Saputro

DOI:

https://doi.org/10.33506/rb.v3i1.8

Abstract

Pada saat ini, dunia konstruksi mengalami perkembangan yang pesat. Inovasi terhadap bata sebagai bahan bangunan banyak dilakukan. Hal ini karena bata konfensional cukup berat dengan berat volume lebih besar dari 1850 kg/m3. Batako ringan dihasilkan dengan mencampurkan material ringan ke dalam batako yaitu styrofoam. Styrofoam merupakan material ringan yang banyak dihasilkan dari barang buangan sehingga mudah diperoleh. Penelitian ini mencoba membuat batako ringan dengan mencampurkan bahan ringan styrofoam ke dalam batako. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formulasi proporsi,berat volume, kuat tekan, dan kuat lentur dari batako styrofoam. Batako dibuat dari campuran semen, pasir, dan styrofoam. Proses pembuatan batako dilakukan dengan menggantikan volume agregat terhadap styrofoam sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60%. Benda uji kuat tekan berupa silinder sedangkan benda uji kuat lentur berupa balok. Klasifikasi kuat tekan dilakukan menurut SNI 03-0349-1989. Hasil pengujian sampel silinder tanpa Styrofoam dan sampel silinder dengan penggantian volume styrofoam sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% menghasilkan berat volume yaitu 2052,92 kg/m3, 1866,58 kg/m3, 1639,01 kg/m3, 1396,26 kg/m3, dan 1044,68 kg/m3. Kuat tekan rata-rata setiap variasi silinder sebesar 8,703 MPa, 7,160 MPa, 6,012 MPa, 4,881 MPa, dan 2,876 MPa. Kuat Lentur rata-rata setiap variasi balok sebesar 1,810 MPa, 1,552 MPa, 1,495 MPa, 1,301 MPa, dan 0,883 MPa. Sesuai dengan hasil pengujian, batako dengan rasio styrofoam 30% dan 45% mempunyai kekuatan yang memenuhi klasifikasi III (SNI 03-0349-1989). Dengan memilih yang ringan dari 2 variasi batako, variasi styrofoam 45% yang paling sesuai untuk direkomendasikan.

References

ACI 318-83M, Standar Building Code Requirements For Reinforce Concrete.

Giri. I.B.D, dkk. (2008). “Kuat Tarik Belah dan kuat lentur beton dengan penambahan Styrofoam (STYROCON)â€. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.12 Universitas Udayana Denpasar. Bali.

Nawy Edward G. (1990). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. PT ERESCO. Bandung.

Neville, A.M, and Brooks, J.J. (1987). Concrete Technology. First Edition. Longman Scientific & Technical. England.

SKSNI T-15-1991, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

SNI 4810:2013, Tata Cara Pembutan dan Perawatan Spesimen Uji Beton di Lapangan.

SNI 03-1970-1990, Metode Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus.

SNI 03-2874 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung.

SNI 03-4142-1996, Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm).

SNI 03-4431-1997, Metode Pengujian Kuat Lentur Normal Dengan Dua Titik Pembebanan.

SNI 03-4804-1998, Metode Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara Dalam Agregat.

SNI 15-2049-2004, Semen Portland

SNI-03-0349-1989, StandarBata Beton Untuk Pasangan Dinding

Tjokrodimuljo,K. (1992). Teknologi Beton. Buku Ajar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tjokrodimuljo,K. (2007). Teknologi Beton. Nafiri. Yogyakarta.

Tri Mulyono. (2003). Teknologi Beton. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Wang Chu-Kia and Salmon Charles G.(1990) Disain Beton Bertulang. Edisi Ke empat. Erlangga. Jakarta.

Downloads

Published

2017-11-20

How to Cite

Saputro, I. T. (2017). FORMULASI PROPORSI STYROFOAM TERHADAP PASIR MERAPI DAN PENGARUHNYA PADA KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO RINGAN. Jurnal Teknik Sipil : Rancang Bangun, 3(1). https://doi.org/10.33506/rb.v3i1.8